HIPERTENSI DAN HIPOTENSI - gangguan Dan Kelainan sistem Peredaran darah

Hasil gambar untuk hipertensi

Hipertensi adalah nama lain dari tekanan darah tinggi. Tekanan darah itu sendiri adalah kekuatan aliran darah dari jantung yang mendorong melawan dinding pembuluh darah (arteri). Kekuatan tekanan darah ini bisa berubah dari waktu ke waktu, dipengaruhi oleh aktivitas apa yang sedang dilakukan jantung (misalnya sedang berolahraga atau dalam keadaan normal/istirahat) dan daya tahan pembuluh darahnya.
Tekanan darah tinggi adalah kondisi di mana tekanan darah lebih tinggi dari 140/90 milimeter merkuri (mmHG). Angka 140 mmHG merujuk pada bacaan sistolik, ketika jantung memompa darah ke seluruh tubuh. Sementara itu, angka 90 mmHG mengacu pada bacaan diastolik, ketika jantung dalam keadaan rileks sembari mengisi ulang bilik-biliknya dengan darah.
Perlu diketahui bahwa tekanan sistolik adalah tekanan maksimal karena jantung berkontraksi, sementara tekanan diastolik adalah tekanan terendah di antara kontraksi (jantung beristirahat).
Tekanan darah tinggi sendiri dibagi menjadi 3:
  • Hipertensi grade I yaitu ketika tekanan darah sistole di atas atau sama dengan 140 mmHg, dan tekanan darah diastole di atas atau sama dengan 90 mmHg. Penegakkan hipertensi grade I itu apabila selama 2 kali pemeriksaan berturut-turut dalam rentang waktu seminggu pasien menunjukkan tekanan darah tersebut.
  • Hipertensi grade 2 yaitu ketika tekanan darah sistole di atas atau sama dengan 160 mmHg, dan tekanan darah diastole di atas atau sama dengan 100 mmHg pada satu kali pemeriksaan.
  • Krisis hipertensi yaitu ketika tekanan darah diastole di atas atau sama dengan 180 mmHg dan tekanan darah diastole di atas atau sama dengan 110 mmHg. Krisis hipertensi sendiri dibagi menjadi 2: hipertensi emergensi (jika terdapat kegagalan organ vital) dan hipertensi urgensi (jika belum terjadi kegagalan organ vital.
Gejala
Penderita hipertensi biasanya tidak menunjukkan ciri apapun atau hanya mengalami gejala ringan. Namun, darah tinggi yang parah mungkin menyebabkan:
  • Sakit kepala parah
  • Pusing
  • Penglihatan buram
  • Mual
  • Telinga berdenging
  • Kebingungan
  • Detak jantung tak teratur
  • Kelelahan
  • Nyeri dada
  • Sulit bernapas
  • Darah dalam urin
  • Sensasi berdetak di dada, leher, atau telinga
Penyebab

Penyebab hipertensi belum bisa dipastikan pada lebih dari 90 persen kasus yang ada. Dalam kasus di mana sama sekali tidak ada penyebab atau faktor jelas, hipertensi dikenal sebagai hipertensi primer. Ada beberapa faktor yang diduga bisa meningkatkan risiko Anda mengalami kondisi ini, yaitu:
  • Usia. Risiko hipertensi meningkat seiring bertambahnya usia.
  • Faktor keturunan. Orang dengan anggota keluarga yang mengidap hipertensi memiliki risiko tinggi untuk mengalami kondisi yang sama.
  • Merokok. Rokok dapat meningkatkan tekanan darah sekaligus menyempitkan dinding arteri.
  • Kelebihan berat badan atau obesitas. Kadar oksigen dan nutrisi yang dialirkan darah akan diukur oleh tubuh sesuai dengan berat badan. Berat badan yang berlebihan akan membutuhkan oksigen dan nutrisi yang lebih banyak, sehingga volume darah dibutuhkan lebih banyak. Volume darah yang meningkat akan meningkatkan tekanan darah.
  • Kurang olahraga. Orang yang jarang berolahraga cenderung memiliki detak jantung yang lebih cepat, sehingga jantung akan bekerja lebih keras. Kerja jantung lebih keras akan meningkatkan tekanan darah.
  • Kadar garam yang tinggi dalam makanan. Kadar garam yang tinggi bisa menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh, yang kemudian akan meningkatkan tekanan darah.
  • Terlalu banyak mengonsumsi minuman keras. Kandungan alkohol dalam minuman keras dapat memicu kerusakan pada organ jantung.
  • Stres. Tingkat stres yang tinggi berpotensi memicu peningkatan tekanan darah.
Sementara hipertensi yang disebabkan oleh kondisi dasar tertentu disebut hipertensi sekunder. Secara keseluruhan, 10 persen dari kasus hipertensi merupakan jenis sekunder. Beberapa penyebab di balik kondisi ini umumnya meliputi:
  • Diabetes.
  • Penyakit ginjal.
  • Kondisi yang memengaruhi jaringan tubuh, misalnya lupus.
  • Obat-obatan tertentu, misalnya pil kontrasepsi, analgesik atau obat pereda sakit, obat pilek, serta dekongestan.
  • Penyempitan pembuluh darah (arteri) yang mengalirkan darah ke ginjal.
  • Gangguan hormon, khususnya tiroid.
Komplikasi

Hipertensi akan lebih membebani jantung dan pembuluh darah Anda jika tidak ditangani dengan seksama. Jenis-jenis komplikasi yang berpotensi terjadi meliputi:
  • Serangan jantung atau stroke. Hipertensi berpotensi menyebabkan penebalan dan pengerasan dinding arteri sehingga dapat memicu serangan jantung serta stroke.
  • Aneurisme atau pelebaran abnormal pada arteri. Peningkatan tekanan darah dapat memicu pelebaran dinding pembuluh darah (seperti menggembung). Dinding yang menggelembung akan menjadi lemah saat menahan tekanan aliran darah. Komplikasi ini berpotensi mengancam jiwa, terutama jika pembuluh darah pecah.
  • Pembuluh darah kecil pada ginjal yang rusak akibat hipertensi. Kondisi ini bisa menghalangi ginjal untuk berfungsi dengan baik. Beberapa gejalanya adalah pembengkakan kedua tungkai bawah, keinginan untuk buang air kecil di malam hari meningkat tapi volume urine sedikit, dan hipertensi yang semakin parah.
  • Sindrom metabolik, yaitu munculnya sejumlah masalah kesehatan yang dialami secara bersamaan. Lingkar pinggang meningkat, tingginya kadar trigliserida, rendahnya kadar kolesterol baik (HDL), kadar gula darah puasa yang tinggi, disertai hipertensi akan meningkatkan risiko terjadinya sindrom metabolik. Sindrom ini juga dikenal sindom resistensi insulin, dimana tubuh gagal menggunakan insulin dalam darah dengan efektif. Pada akhirnya, risiko terjadinya penyakit kardiovaskular dan diabtes juga akan meningkat.
Pengobatan

Perubahan pada gaya hidup dan konsumsi obat anti-hipertensi bisa menjadi langkah yang efektif untuk menurunkan hipertensi. Tingginya tekanan darah dan risiko pasien untuk mengalami penyakit kardiovaskular (seperti serangan jantung dan stroke) akan menentukan jenis pengobatan yang akan dijalani. Contoh kondisi yang mungkin menjadi pertimbangan dalam pengobatan meliputi:
  • Jika tekanan darah Anda sangat tinggi (160/100 mmHg atau lebih), harus dilakukan perawatan secepatnya.
  • Jika tekanan darah Anda mencapai 140/90 mmHg atau lebih dan Anda dinilai memiliki risiko penyakit kardiovaskular pada jangka waktu 10 tahun, Anda perlu mengonsumi obat-obatan serta mengubah gaya hidup agar lebih sehat.
  • Jika tekanan darah Anda sedikit lebih tinggi dari 130/80 mmHg dan memiliki risiko penyakit kardiovaskular yang rendah, Anda bisa menurunkan tekanan darah cukup dengan mengubah gaya hidup Anda.
Perubahan gaya hidup untuk menurunkan tekanan darah bisa terlihat dampaknya dalam beberapa minggu. Langkah ini dapat dilakukan dengan cara-cara sederhana seperti:
  • Mengonsumsi makanan sehat, rendah lemak, dan seimbang. Misalnya, nasi merah, buah, serta sayur.
  • Mengurangi konsumsi garam hingga kurang dari satu sendok teh per hari.
  • Aktif berolahraga. Aktif secara fisik adalah hal paling penting yang bisa Anda lakukan untuk mencegah atau mengendalikan hipertensi.
  • Menurunkan berat badan.
  • Berhenti merokok. Merokok akan meningkatkan peluang Anda menderita penyakit jantung dan paru-paru secara drastis.
  • Menghindari atau mengurangi konsumsi minuman keras.
  • Mengurangi konsumsi minuman kaya kafein, seperti kopi, teh, atau cola.
  • Melakukan terapi relaksasi, misalnya yoga atau meditasi untuk mengendalikan stres.
Disiplin tinggi dalam menerapkan gaya hidup sehat akan memberikan dampak positif yang signifikan pada tekanan darah Anda. Beberapa penderita bahkan menjadi tidak perlu mengonsumsi obat-obatan karena berhasil menerapkan perubahan gaya hidup untuk menormalkan tekanan darah.

Penggunaan Obat-obatan

Dalam beberapa kasus hipertensi, pasien kadang perlu mengonsumsi obat-obatan seumur hidup. Namun, jika tekanan darah telah terkendali dalam bertahun-tahun, Anda mungkin boleh menghentikan pengobatan.
Ada juga sebagian penderita yang harus mengonsumsi lebih dari satu jenis obat. Kombinasi ini biasanya diperlukan untuk mengatasi hipertensi yang lebih sulit dikendalikan. Beberapa jenis obat yang umumnya diberikan adalah:
1. Angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitor
Dengan membuat dinding pembuluh darah lebih rileks, obat-obatan ACE inhibitor – penghambat enzim pengubah angiotensin – akan menurunkan tekanan darah.
Efek samping obat ini adalah batuk kering berkelanjutan. Jika efek samping ini sangat mengganggu, ada obat lain dengan fungsi sama seperti Antagonis reseptor angiotensin-2 yang kemungkinan akan disarankan. Pastikan Anda berkonsultasi dengan dokter sebelum mengonsumsi obat apa pun selama mengonsumsi ACE inhibitor.
2. Calcium channel blockers
Agar kalsium tidak memasuki sel-sel otot jantung dan pembuluh darah, obat-obatan calcium channel blockers (penghambat kanal kalsium) bisa digunakan. Obat ini akan mengendurkan arteri dan menurunkan tekanan darah. Risiko efek samping calcium channel Blockers akan meningkat jika Anda minum jus grapefruit selagi mengonsumsi obat ini.
3. Diuretik
Diuretik juga dikenal sebagai “pil air” yang berfungsi untuk membuang sisa air dan garam dari dalam tubuh melalui urine.
Beta-blockers
Jantung akan berdetak lebih lambat dan dengan tenaga lebih sedikit jika Anda mengonsumsi obat-obatan jenis beta-blockers (penghambat beta) sehingga akan mengurangi tingkat tekanan darah.
Senantiasa bicarakan dengan dokter Anda sebelum berhenti mengonsumsi beta-blockers. Efek samping yang berbahaya bisa muncul jika konsumsi dihentikan secara tiba-tiba. Contoh efek sampingnya adalah peningkatan tekanan darah atau serangan angina (angin duduk).
4. Alpha-blockers
Alpha-blockers (penghambat alfa) digunakan untuk melemaskan pembuluh darah sehingga darah mengalir lebih mudah dalam pembuluh darah. Efek samping yang umumnya muncul meliputi pingsan saat penggunaan pertama, sakit kepala, pusing-pusing, kelelahan, serta pergelangan kaki membengkak.
Sekarang beta-blockers dan alpha-blockers dianggap kurang efektif dibandingkan obat lain untuk menangani hipertensi. Obat jenis ini hanya dipakai apabila metode pengobatan lain tidak menunjukkan dampak positif.
Pencegahan
Penerapan pola hidup sehat seperti konsumsi makanan bernutrisi, olahraga teratur, tidak merokok, dan menghindari minuman keras bisa mencegah hipertensi. Beberapa contoh penerapan yang bisa dilakukan meliputi:
  • MakananKonsumsilah makanan yang rendah lemak dan kaya serat, seperti roti dari biji-bijian utuh, beras merah, serta buah dan sayuran. Kurangi konsumsi garam dalam makanan Anda, setidaknya tidak lebih dari 6 gram garam per hari (sekitar satu sendok teh).
  • Berat Badan. Meski hanya beberapa kilo, menurunkan berat badan akan membuat perbedaan besar pada tekanan darah dan kesehatan secara keseluruhan.
  • Olahraga. Untuk menurunkan tekanan darah dan menjaga jantung serta pembuluh darah dalam kondisi baik, olahraga dan rutin beraktivitas perlu dilakukan. Bagi orang dewasa, beraktivitas dengan intensitas menengah ( bersepeda atau jalan cepat) setidaknya harus dilakukan selama 2 hingga 3 jam setiap minggu.
  • Terapi relaksasi, seperti yoga atau meditasi. Terapi-terapi tersebut dapat membantu Anda untuk mengendalikan stres.
  • Minuman keras. Batas konsumsi minuman keras yang dianjurkan dalam sehari adalah 2 hingga 2,5 kaleng bir berkadar alkohol 4,7persen untuk pria. Dan maksimal 2 kaleng bir berkadar alkohol 4,7 persen untuk wanita. Risiko hipertensi akan meningkat jika Anda mengonsumsi minuman keras terlalu sering dan berlebihan.
  • Merokok. Rokok tidak menyebabkan hipertensi secara langsung, tapi akan mempertinggi risiko serangan jantung dan stroke karena dapat memicu penyempitan arteri. Kombinasi merokok dan hipertensi akan meningkatkan risiko penyakit jantungatau paru-paru secara drastis.
  • Kafein. Kurangi konsumsi minuman yang mengandung banyak kafein seperti kopi, teh, cola serta minuman berenergi. Meminum lebih dari empat cangkir kopi sehari bisa meningkatkan risiko hipertensi.
Hasil gambar untuk hipotensi

Hipotensi adalah keadaan ketika tekanan darah di dalam arteri lebih rendah dibandingkan normal dan biasa disebut dengan tekanan darah rendah.
Saat darah mengalir melalui arteri, darah memberikan tekanan pada dinding arteri, tekanan itulah yang dinilai sebagai ukuran kekuatan aliran darah atau disebut dengan tekanan darah.
Terhambat atau terbatasnya jumlah darah yang mengalir ke otak dan organ vital lainnya seperti ginjal dapat terjadi jika tekanan darah terlalu rendah, sehingga dapat menyebabkan kepala terasa ringan dan pusing. Tubuh juga akan terasa tidak stabil atau goyah, bahkan kehilangan kesadaran.
Ada dua ukuran yang digunakan dalam tekanan darah, yaitu tekanan sistolik (bilangan atas) dan tekanan diastolik (bilangan bawah). Tekanan darah yang normal adalah antara 90/60 dan 140/90. Penderita hipotensi memiliki tekanan darah di bawah 90/60 dan disertai dengan gejala hipotensi. Sedangkan jika tekanan darah di atas 140/90, maka orang tersebut menderita tekanan darah tinggi/hipertensi.
Gejala
Tidak semua orang dengan penyakit hipotensi akan merasakan gejala penyakit ini, dan pada umumnya penyakit ini juga tidak memerlukan perawatan khusus. Akan tetapi, apabila tekanan darah rendah berlangsung terus – menerus, maka dapat menimbulkan beberapa gejala hipotensi seperti berikut ini : 
  • Jantung terasa berdebar 
  • Badan terasa lemas. 
  • Kepala terasa pusing. 
  • Gangguan pada keseimbangan 
  • Pandangan buram. 
  • Kehilangan kesadaran atau pingsan. 

Apabila gejala hipotensi terasa jelas, sebaiknya segera duduk, minum segelas air putih, beristirahat dan menghentikan semua aktivitas yang sedang dikerjakan. Biasanya dalam beberapa saat gejala akan beragsur – angsur berkurang. Apabila gejala – gejala tersebut sering berulang segeralah berobat ke dokter untuk mengukur tekanan darah dan memeriksakan diri anda terhadap kemungkinan penyakit tertentu yang menjadi penyebab hipotensi.

Penyebab 

Sebenarnya tekanan darah bisa berubah sepanjang hari, tergantung kepada kegiatan yang sedang dilakukan dan hal ini dianggap normal.
Ada banyak faktor yang menyebabkan tekanan darah seseorang rendah, seperti faktor usia, pengobatan, dan kondisi cuaca.
Cuaca udara yang lebih panas bisa membuat tekanan darah menurun. Orang yang sedang rileks atau rajin berolahraga juga umumnya mempunyai tekanan darah yang lebih rendah. Selain itu jika Anda baru saja makan, tekanan darah juga bisa menurun karena banyak darah yang akan mengalir menuju saluran pencernaan untuk mencerna dan menyerap makanan.
Tekanan darah pada siang dan malam hari pun berbeda. Biasanya pada siang hari tekanan darah akan meningkat, dan malam harinya akan lebih rendah.

Penyebab hipotensi akibat kondisi atau penyakit tertentu

Hipotensi bisa diakibatkan oleh kondisi atau penyakit tertentu, beberapa di antaranya adalah:
  • Hipotensi ortostatik. Gejala hipotensi ortostatik biasanya muncul saat Anda berubah posisi secara tiba-tiba. Seseorang dengan hipotensi ortostatik mengalami penurunan tekanan darah sistolik sebanyak 15-30 mm Hg ketika berdiri dari posisi duduk atau berbaring.
  • Neurally mediated hypotension. Kondisi ini biasanya terjadi saat seseorang berdiri terlalu lama, hingga aliran darah berkumpul pada bagian bawah tubuh.
  • Dehidrasi. Dehidrasi terjadi akibat tubuh kekurangan cairan dan bisa disebabkan oleh kurang minum, puasa atau diare.
  • Efek samping pengobatan. Ada beberapa obat yang bisa menurunkan tekanan darah, seperti obat antidepresi, obat anti-hipertensi seperti alpha-blocker dan beta-blocker, obat penghambat enzim pengubah angiotensin (ACE Inhibitor) hingga obat diuretik.
  • Anemia. Anemia merupakan kondisi di mana kandungan hemoglobin di dalam darah rendah. Salah satu gejala anemia adalah tekanan darah rendah.
  • Kehamilan. Tekanan darah pada wanita hamil biasanya lebih rendah karena sistem peredaran darahnya yang berkembang dengan cepat.
  • Ketidakseimbangan hormon. Penyakit seperti diabetes atau penyakit Addison menyebabkan gangguan produksi hormon. Hal ini bisa berdampak pada keseimbangan kadar air dan mineral tubuh, serta tekanan darah.
  • Penyakit saraf. Penyakit saraf seperti penyakit Parkinson dapat menyebabkan hipotensi ketika menjangkiti sistem saraf yang mengontrol fungsi tubuh otonom seperti mengendalikan tekanan darah.
  • Perdarahan hebat. Hilangnya darah dalam jumlah besar dalam tubuh akan menurunkan asupan darah ke jaringan-jaringan di tubuh, sehingga tekanan darah tubuh akan menurun drastis. Ini merupakan kondisi mengancam nyawa yang memerlukan penanganan medis secepatnya.
  • Penyakit jantungPenyakit kronis seperti penyakit jantung menyebabkan darah tidak bisa dipompa dengan baik oleh jantung ke seluruh tubuh. Akibatnya, tekanan darah pun menurun.
  • Infeksi darah (Sepsis). Sepsis terjadi ketika infeksi yang terjadi dalam jaringan mulai memasuki aliran darah. Akibatnya, tekanan darah akan menurun drastis. Kondisi ini mengancam nyawa dan memerlukan penanganan medis secepatnya.
  • Reaksi alergi yang parah (anafilaksis). Anafilaksis adalah reaksi alergi parah yang berpotensi mengancam nyawa. Kondisi ini dapat menyebabkan rasa gatal yang sangat, sesak napas, dan tekanan darah menurun drastis.

Diagnosis 

Mengukur tekanan darah merupakan cara yang tepat dan mudah untuk mendiagnosis hipotensi. Berikut ini adalah beberapa hal yang harus dilakukan sebelum mengukur tekanan darah untuk mendapatkan hasil pengukuran tekanan darah yang tepat.
  • Mengosongkan kandung kemih atau buang air kecil.
  • Istirahat minimal 5 menit.
  • Dilakukan sambil duduk dan tidak sambil bicara.
Selain mengukur tekanan darah, ada beberapa cara atau tes lain untuk mendiagnosis penyebab hipotensi akibat kondisi atau penyakit tertentu, dan sekaligus menentukan perawatan yang tepat, yaitu:
  • Elektrokardiogram (EKG). Tes ini bertujuan mendeteksi keabnormalan struktur jantung, masalah suplai oksigen dan darah ke otot jantung, serta detak jantung yang tidak teratur.
  • Ekokardiogram. Tes ini menggunakan gelombang suara untuk menghasilkan gambar struktur jantung dan memeriksa fungsinya.
  • Tes latihan stres. Tes ini dilakukan dengan cara membuat jantung bekerja lebih keras agar lebih mudah mendiagnosis tekanan darah. Bisa dilakukan dengan berjalan di treadmill.
  • Tes darah. Tes darah bisa dilakukan untuk memeriksa kadar hormon dan jika pasien mengalami anemia atau diabetes.
  • Valsalva Maneuver. Tes ini dilakukan dengan meminta pasien mengambil napas panjang kemudian menutup hidung dan membuang napas melalui mulut, seperti Anda meniup suatu balon yang sangat kaku. Tes ini dilakukan untuk memeriksa kondisi sistem saraf autonomi pernapasan.
  • Tes kemiringan tegak lurus (tilt table test). Tes ini biasa dilakukan bagi pasien hipotensi ortostatik untuk melihat perbedaan tekanan darah saat berbaring dan berdiri.

Perawatan 

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko hipotensi, yaitu membatasi konsumsi minuman keras dan minum air putih yang banyak. Bagi Anda yang menyukai minuman berkafein, hindari minuman yang mengandung nutrisi tersebut di malam hari.
Mengenai pola makan, lebih sering mengonsumsi makanan dalam porsi kecil lebih baik dibandingkan mengonsumsi makanan dalam porsi besar dengan frekuensi lebih jarang. Selain itu, meningkatkan asupan garam juga bisa mencegah hipotensi.
Penderita hipotensi juga dianjurkan untuk menghindari berdiri untuk jangka waktu lama. Terutama bagi penderita hipotensi ortosatik, ketika berdiri dari posisi duduk atau berbaring, lakukan secara perlahan-lahan.
Jika Anda mengonsumsi obat yang mungkin menyebabkan efek samping hipotensi, dokter bisa mengubah dosis obat tersebut atau memberikan alternatif lain
Pengobatan untuk hipotensi harus dilakukan berdasarkan penyebab dasarnya. Obat untuk mengatasi hipotensi biasanya diberikan untuk menambah jumlah darah atau mempersempit arteri agar tekanan darah meningkat.
Jika Anda sedang menjalani pengobatan, periksakan tekanan darah secara rutin. Dan jika Anda mengalami efek samping, segera temui dokter. Begitu pula pada kondisi hipotensi Anda yang tidak kunjung reda atau tidak menghilang, periksakan diri Anda di instansi kesehatan terdekat untuk menghindari komplikasi kerusakan otak atau cedera saat kehilangan keseimbangan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

LAPISAN PELINDUNG DAN PENGILAP

SENSOR CAHAYA

DIARE